Gereja Katedral Bandung

Bandung Jawa Barat.

Gereja Katedral Ruteng

Ruteng Manggarai.

Gereja Katedral Waitabula

Waitabula Sumba Barat Daya NTT.

Iklan

Pasang Iklan Hubungi Redaksi

ads

Kamis, 15 Mei 2025

Biografi Paus Leo XIV (Robert Francis Prevost)

 Kehidupan Awal dan Formasi

  • Nama Lengkap: Robert Francis Prevost

  • Tanggal Lahir: 14 September 1955

  • Tempat Lahir: Chicago, Illinois, Amerika Serikat

  • Kewarganegaraan: Amerika Serikat (juga memiliki kewarganegaraan Peru)

  • Ordo Religius: Ordo Santo Agustinus (OSA)

Robert Francis Prevost lahir dalam keluarga Katolik yang saleh dengan keturunan Prancis-Kanada. Ia tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi nilai-nilai iman yang kuat. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia merasa terpanggil menjadi imam dan memilih bergabung dengan Ordo Santo Agustinus, sebuah ordo pengemis yang menekankan kehidupan komunitas, pendidikan, dan pelayanan pastoral.

Pendidikan dan Tahbisan

  • 1977: Memasuki novisiat Agustinus.

  • 1982: Ditahbiskan sebagai imam.

  • 1985: Meraih Gelar Doktor Hukum Kanonik dari Catholic University of America, Washington, D.C.


Pelayanan Misionaris di Peru

  • 1985-1998: Ditugaskan sebagai misionaris di Peru, terutama di wilayah Chiclayo, Peru utara.

  • Fokus Pastoral: Melayani kaum miskin, mempromosikan pendidikan, dan memberikan bimbingan rohani.

  • Jabatan Kepemimpinan: Memegang berbagai posisi dalam komunitas Agustinus setempat, termasuk sebagai Prior Provinsi Peru.

Pengalamannya di Peru sangat mempengaruhi pendekatan spiritual dan pastoralnya. Komitmennya terhadap Gereja Peru membuatnya memperoleh kewarganegaraan Peru, yang mencerminkan ikatan mendalamnya dengan wilayah tersebut.


Kepemimpinan Gerejawi

1. Kepemimpinan Agustinus

  • 2001-2013: Terpilih sebagai Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus, memimpin komunitas Agustinus di seluruh dunia.

  • Fokus pada penguatan kehidupan spiritual ordo, mempromosikan persatuan global, dan meningkatkan inisiatif pendidikan.

  • Mewakili ordo dalam konsili besar Gereja dan pertemuan internasional.

2. Pelayanan Episkopal

  • 2014: Diangkat oleh Paus Fransiskus sebagai Administrator Apostolik Chiclayo, Peru.

  • 2015: Diangkat sebagai Uskup Chiclayo, Peru.

  • Memajukan partisipasi aktif umat awam dalam Gereja dan menekankan keadilan sosial, terutama bagi masyarakat yang terpinggirkan.

3. Peran Kurial di Vatikan

  • 2020: Diangkat sebagai Sekretaris Kongregasi untuk Para Uskup, mengawasi pengangkatan uskup di seluruh dunia.

  • 2022: Menjadi Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, memimpin pengawasan keuskupan global.

  • 2023: Ditunjuk sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut.


Kunjungan ke Papua

  • 2003: Sebagai Prior Jenderal Ordo Agustinus, Paus Leo XIV (Robert Prevost) mengunjungi Papua, Indonesia, tepatnya ke Keuskupan Sorong di Jayapura.

  • Kunjungan ini dalam rangka memperingati ulang tahun kehadiran Ordo Agustinus di wilayah tersebut.

  • Ia bertemu dengan komunitas lokal yang terkena dampak konflik bersenjata dan ketidakadilan sosial, menunjukkan kepedulian pastoralnya terhadap masyarakat yang terpinggirkan.

  • Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam pada komunitas Katolik Papua dan menjadi pengingat akan pentingnya perdamaian dan keadilan bagi masyarakat adat.




Pemilihan sebagai Paus

  • Tanggal Terpilih: 9 Mei 2025

  • Nama Kepausan: Memilih nama Leo XIV, terinspirasi dari Paus Leo XIII, yang dikenal karena ajaran sosialnya, terutama ensiklik Rerum Novarum (Tentang Kondisi Pekerja).

  • Paus Amerika Pertama: Terpilihnya Paus Leo XIV menjadi momen bersejarah sebagai Paus Amerika pertama dan Paus Agustinus pertama.


Visi dan Prioritas Kepausan

1. Pelayanan Pastoral dan Evangelisasi

  • Menekankan Gereja yang dekat dengan umat, terutama mereka yang terpinggirkan.

  • Mendorong pembaruan semangat misionaris, terinspirasi dari pengalamannya di Peru dan Papua.

2. Keadilan Sosial dan Perdamaian

  • Memprioritaskan keadilan sosial, sejalan dengan ajaran Paus Leo XIII.

  • Mempromosikan dialog antarnegara, terutama di wilayah konflik.

3. Reformasi dan Transparansi Gereja

  • Berkomitmen untuk memajukan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan Gereja.

  • Mendukung sinodalitas, mendorong Gereja lokal untuk memiliki suara dalam pengambilan keputusan.

4. Memperkuat Hubungan dengan Amerika Latin

  • Menggunakan pengalamannya di Amerika Latin untuk memperdalam keterlibatan Gereja di wilayah tersebut.

  • Memajukan peran umat awam, terutama komunitas adat.


Tindakan Penting Sebagai Paus

  • Mei 2025: Memimpin Misa pertamanya sebagai Paus di Kapel Sistina, menyerukan agar Gereja menjadi "mercusuar cahaya" di dunia.

  • Juni 2025: Mengumumkan sinode global dengan fokus pada “Evangelisasi dalam Dunia Modern.”

  • Juli 2025: Memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Amerika Latin, menekankan perdamaian dan keadilan sosial.


Warisan dan Dampak

Paus Leo XIV dikenal sebagai pemimpin yang membangun jembatan, menggabungkan dinamika Amerika dan belas kasih Amerika Latin. Spiritualitas Agustinus yang dianutnya menekankan kerendahan hati, pelayanan, dan komitmen pada kebenaran. Sebagai pemimpin global, ia diharapkan terus melibatkan Gereja dalam isu-isu sosial kontemporer sambil tetap setia pada ajaran Kristus.


Sumber:

Renungan Harian: "Janganlah Gelisah Hatimu"

  

πŸ“– Renungan Harian: "Janganlah Gelisah Hatimu"

πŸ“… Jumat, 16 Mei 2025

  • Bacaan IKisah Para Rasul 13:26–33

  • Mazmur TanggapanMazmur 2:6–7, 8–9, 10–11

  • InjilYohanes 14:1–6


✨ Renungan: "Janganlah Gelisah Hatimu"

Dalam Injil hari ini, Yesus menenangkan hati para murid-Nya dengan berkata, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." Kata-kata ini mengajak kita untuk menyerahkan segala kegelisahan dan ketakutan kita kepada Tuhan.

Kegelisahan sering muncul karena ketidakpastian akan masa depan atau kehilangan orang yang kita kasihi. Namun, Yesus mengingatkan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Dia telah menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa dan berjanji akan datang kembali untuk membawa kita ke sana.

Apapun yang kita hadapi hari ini — masalah keluarga, pekerjaan, kesehatan, atau ketakutan pribadi — serahkanlah semuanya kepada Tuhan. Percayalah bahwa Yesus selalu bersama kita, menguatkan dan menuntun kita.


πŸ™ Doa Penutup

Tuhan Yesus, dalam kehidupan ini, kami sering merasa cemas dan gelisah menghadapi masa kini dan masa depan.

Ketika kehilangan orang-orang yang kami kasihi, ketika rencana hidup tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan ketika masa depan tampak seperti kabut yang tidak pasti, hati kami menjadi goyah. Namun Engkau hadir menenangkan kami dan berkata, “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada-Ku.”

Terima kasih, ya Tuhan, karena Engkau tidak pernah meninggalkan kami sendirian dalam kegelisahan. Engkaulah jalan, kebenaran, dan hidup. Engkau tidak hanya menuntun kami di dunia ini, tetapi juga telah menyediakan tempat bagi kami dalam rumah Bapa.

Teguhkan iman kami, bimbinglah kami agar tidak menyerah pada rasa takut, tetapi semakin percaya kepada rencana keselamatan-Mu, baik dalam suka maupun duka.

Amin. πŸ™




Kamis, 08 Mei 2025

Robert Francis Prevost Terpilih sebagai Paus Leo XIV: Paus Pertama dari Amerika Serikat

 

Vatikan, 8 Mei 2025 — Sejarah baru tercipta di Vatikan dengan terpilihnya Robert Francis Prevost sebagai Paus Leo XIV, menjadikannya paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat. Pemilihan ini diumumkan oleh Kardinal Protodiakon Dominique Mamberti melalui deklarasi tradisional "Habemus Papam" dari balkon Basilika Santo Petrus, disambut sorak sorai puluhan ribu umat yang memadati Lapangan Santo Petrus. 

Profil Paus Leo XIV

Lahir di Chicago pada 14 September 1955, Robert Francis Prevost memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang teologi dan hukum kanonik. Ia bergabung dengan Ordo Santo Agustinus dan menjalani misi pastoral di Peru selama lebih dari satu dekade, termasuk menjabat sebagai Uskup Chiclayo dari 2015 hingga 2023. Pada tahun 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, posisi yang memberinya peran penting dalam penunjukan para uskup di seluruh dunia. 

Pemilihan yang Mengejutkan

Pemilihan Paus Leo XIV terjadi pada hari kedua konklaf, sebuah proses yang relatif cepat mengingat keragaman geografis para kardinal pemilih. Terpilihnya seorang Amerika sebagai paus dianggap mengejutkan, mengingat tradisi Vatikan yang cenderung menghindari pemimpin dari negara adidaya seperti Amerika Serikat. Namun, pengalaman internasional dan pendekatan pastoral Prevost yang inklusif tampaknya menjadi faktor penentu dalam pemilihannya. 

Reaksi Global

Pemilihan Paus Leo XIV disambut dengan antusiasme di berbagai belahan dunia. Presiden AS Donald Trump dan mantan Presiden Barack Obama menyampaikan ucapan selamat, sementara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Sekretaris Jenderal PBB AntΓ³nio Guterres juga memberikan apresiasi atas terpilihnya paus baru. Di Peru, tempat Prevost pernah melayani sebagai uskup, masyarakat merayakan pemilihan ini sebagai kebanggaan nasional. 

Visi dan Tantangan

Paus Leo XIV dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan komunikatif. Ia diperkirakan akan melanjutkan reformasi yang dimulai oleh Paus Fransiskus, termasuk upaya untuk meningkatkan peran perempuan dalam Gereja dan perhatian terhadap isu-isu sosial seperti perubahan iklim dan keadilan sosial. Namun, ia juga menghadapi tantangan besar, termasuk menjaga kesatuan Gereja di tengah perbedaan pandangan internal dan menangani kasus-kasus penyalahgunaan dalam Gereja.

Terpilihnya Paus Leo XIV menandai era baru bagi Gereja Katolik, dengan harapan bahwa kepemimpinannya akan membawa semangat pembaruan dan inklusivitas yang lebih besar bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Pope Leo XIV's Views Could Be As Surprising As His Election

Sumber: AP News, The Guardian

Sabtu, 03 Mei 2025

Menantikan Paus Baru dengan Doa dan Harapan

 

Proses pemilihan Paus selalu menjadi momen istimewa bagi umat Katolik di seluruh dunia. Ini bukan sekadar pergantian pemimpin Gereja, tetapi juga saat yang sarat makna spiritual—saat di mana kita diajak untuk merenung, berdoa, dan menyerahkan harapan-harapan kita kepada penyelenggaraan ilahi.

Ketika dunia menantikan munculnya asap putih dari Kapel Sistina, kita diajak untuk menanti dengan hati yang penuh iman. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang sering kali penuh kegaduhan, pemilihan Paus menjadi pengingat akan pentingnya diam dalam doa, serta membuka hati bagi karya Roh Kudus yang terus menyertai Gereja-Nya.

Siapa pun yang terpilih nanti, kita yakin bahwa Tuhan sedang bekerja melalui para Kardinal yang berkumpul dalam konklaf. Oleh karena itu, mari kita menjadikan masa penantian ini sebagai masa doa: memohon agar Tuhan mengaruniakan seorang gembala yang bijak, rendah hati, kuat dalam iman, dan mampu menuntun umat-Nya di tengah tantangan zaman.

Sebagai umat beriman, tugas kita bukan hanya menunggu, tetapi juga menyambut dengan kesiapan hati. Kita berdoa bukan hanya untuk pemimpin baru, tetapi juga untuk Gereja secara keseluruhan—agar tetap menjadi tanda kasih, harapan, dan damai di tengah dunia yang terluka.

Mari kita menantikan Paus baru sambil berdoa meminta tuntunan Tuhan. Semoga dalam doa dan harapan yang kita panjatkan, kita pun dibarui dalam semangat iman dan kesetiaan kepada panggilan sebagai umat Allah.

Transparansi dan Akuntabilitas: Kunci Moral dan Struktural Pencegah Korupsi

 

Korupsi bukan hanya permasalahan hukum dan keuangan, tetapi juga krisis moral dan kepercayaan publik. Dalam beberapa dekade terakhir, bangsa ini menyaksikan betapa merusaknya praktik korupsi di berbagai lembaga: dari instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, hingga lembaga keagamaan seperti gereja. Fenomena ini menunjukkan bahwa korupsi tidak mengenal batas, dan pencegahannya membutuhkan dua fondasi utama: transparansi dan akuntabilitas.

Moral Tanpa Sistem Tak Cukup

Banyak lembaga, terutama yang berbasis keagamaan atau sosial, merasa cukup mengandalkan niat baik dan moralitas internal. Padahal sejarah membuktikan bahwa sistem yang tidak transparan tetap membuka celah penyimpangan, seberapa pun mulianya niat awal suatu organisasi. Di sisi lain, lembaga negara dengan sistem birokrasi ketat pun tetap rentan korupsi jika tidak disertai mekanisme pertanggungjawaban yang kuat.

Transparansi bukan sekadar keterbukaan informasi, tetapi komitmen untuk menjadikan setiap proses—mulai dari penganggaran, pengambilan keputusan, hingga pelaporan—terbuka untuk diawasi publik. Sementara itu, akuntabilitas berarti setiap individu dalam lembaga bertanggung jawab atas tindakannya dan bersedia diperiksa serta dievaluasi secara berkala.

Tanpa Pengawasan, Kekuasaan Cenderung Disalahgunakan

Lord Acton pernah berkata, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.” Kekuatan untuk mengelola dana, membuat keputusan, atau mewakili umat adalah bentuk kekuasaan. Tanpa kontrol dan pertanggungjawaban, kekuasaan itu mudah tergelincir menjadi alat kepentingan pribadi.

Hal ini bukan hanya terjadi di lembaga negara, tetapi juga dalam organisasi keagamaan dan sosial yang mengelola donasi publik atau iuran umat. Gereja atau lembaga zakat, misalnya, bisa kehilangan kredibilitas hanya karena satu kasus penyalahgunaan dana oleh oknum pengurus yang tidak terpantau.

Jalan Menuju Reformasi

Pencegahan korupsi harus dimulai dari reformasi internal: membangun sistem berbasis digital, membuka akses laporan keuangan, menerapkan audit independen, dan menyediakan saluran pelaporan pelanggaran (whistleblowing) yang aman. Tak kalah penting adalah pendidikan integritas sejak dini, baik di sekolah, komunitas, maupun tempat ibadah.

Kita tidak bisa terus bergantung pada aparat penegak hukum sebagai garda terakhir. Masyarakat harus menjadi bagian dari sistem pengawasan. Dan untuk itu, kita membutuhkan lembaga-lembaga yang bersedia dibuka, dikritik, dan diperbaiki.


Transparansi dan akuntabilitas bukan hanya kebutuhan teknis, tetapi juga panggilan moral. Lembaga yang terbuka bukan berarti lemah, justru sebaliknya: ia membuktikan bahwa dirinya layak dipercaya. Dalam dunia yang semakin menuntut integritas, hanya lembaga yang bersedia dipertanggungjawabkan yang akan bertahan dan mendapat tempat di hati masyarakat.

Selasa, 22 April 2025

Perpisahan Dunia: Paus Fransiskus Dimakamkan 26 April di Roma

 


Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025, dalam usia 88 tahun. Sesuai dengan wasiatnya, beliau akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, bukan di Basilika Santo Petrus di Vatikan seperti banyak pendahulunya. Paus Fransiskus menginginkan pemakaman yang sederhana, dengan jenazahnya dikuburkan langsung di tanah tanpa hiasan, hanya ditandai dengan nama kepausannya dalam bahasa Latin: Franciscus.

Basilika ini merupakan salah satu dari empat basilika utama di Roma dan dikenal karena arsitektur megah serta mosaik kuno yang indah. Terletak di Bukit Esquiline, basilika ini memiliki sejarah panjang sebagai tempat ziarah dan devosi kepada Bunda Maria.

Pemakaman dijadwalkan pada Sabtu, 26 April 2025. Sebelumnya, jenazah Paus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus mulai Rabu, 23 April, untuk memberikan kesempatan kepada umat memberikan penghormatan terakhir.

Keputusan Paus Fransiskus untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore mencerminkan kedekatannya dengan tempat tersebut, di mana beliau sering berdoa sebelum dan sesudah perjalanan apostoliknya.


Sumber: Reuters, Kompas.com, RCTI


Paus Fransiskus, Pemimpin Spiritualitas dan Nurani Kemanusiaan Global

   


Paus Fransiskus, lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, adalah Paus ke-266 Gereja Katolik dan pemimpin negara Vatikan. Ia terpilih pada 13 Maret 2013, menjadi Paus pertama yang berasal dari benua Amerika, dari Ordo Yesuit, dan yang pertama mengambil nama Fransiskus, merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kesederhanaan, perdamaian, dan perhatian terhadap kaum miskin.

Berikut ini adalah peran dan kontribusi Paus Fransiskus secara global dalam hal perdamaian, toleransi, dan kemanusiaan:


🌍 1. Perdamaian Dunia

Paus Fransiskus secara aktif menyerukan penghentian konflik bersenjata, terutama di wilayah-wilayah yang dilanda perang seperti Suriah, Ukraina, Sudan Selatan, dan Gaza.

  • Ia menolak perang sebagai solusi, dan mendesak para pemimpin dunia untuk berdialog dan bernegosiasi.
  • Dalam banyak kesempatan, ia mengatakan: “Tidak ada perang yang adil – hanya ada perdamaian yang adil.”
  • Paus sering menggunakan diplomasi Vatikan untuk mendorong perdamaian, termasuk menjadi mediator diam-diam antara AS dan Kuba dalam membuka kembali hubungan diplomatik pada 2014.

πŸ•Š️ 2. Toleransi Antaragama

Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh lintas agama yang mempererat hubungan antara umat Katolik dengan agama lain.

  • Pada 2019, ia menandatangani “Dokumen Persaudaraan Manusia” di Abu Dhabi bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb — sebuah deklarasi bersejarah tentang kerja sama antarumat beragama demi perdamaian dan hidup berdampingan.
  • Ia secara terbuka mengutuk ekstremisme dan kekerasan atas nama agama, serta menyuarakan pentingnya saling menghormati antara umat beragama.
  • Paus juga mengunjungi negara-negara mayoritas Muslim seperti Uni Emirat Arab dan Irak, sebagai simbol dialog dan toleransi.


❤️ 3. Kemanusiaan dan Pembelaan Kaum Miskin

Paus Fransiskus menjadikan perhatian kepada kaum miskin dan terpinggirkan sebagai inti dari kepausannya.

  • Ia sering menyuarakan keprihatinan terhadap pengungsitunawisma, dan migran, menyebut mereka sebagai “wajah Kristus di dunia modern”.
  • Paus mengkritik sistem ekonomi global yang menghasilkan ketimpangan, menyebutnya sebagai bentuk “ekonomi yang membunuh”.
  • Ia mendesak agar keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan hak-hak asasi manusia menjadi prioritas dunia.

🌱 4. Kepedulian terhadap Lingkungan

Dalam ensikliknya yang terkenal Laudato Si’ (2015), Paus Fransiskus menyoroti krisis ekologi dan perubahan iklim sebagai isu moral dan spiritual.

  • Ia mengajak semua manusia, tak peduli agama atau negaranya, untuk menjadi “penjaga rumah bersama” dan menyelamatkan bumi dari kerusakan.
  • Ensiklik ini berdampak besar pada wacana global mengenai tanggung jawab moral terhadap lingkungan hidup.

🧍‍♂️ 5. Kepemimpinan yang Rendah Hati dan Inklusif

Paus Fransiskus menampilkan gaya kepemimpinan yang bersahaja dan dekat dengan rakyat:

  • Ia menolak tinggal di Istana Apostolik, dan memilih tinggal di rumah tamu di Vatikan.
  • Ia dikenal kerap turun langsung menyapa umat, mencuci kaki narapidana, mengunjungi kamp pengungsi, dan mengangkat isu kaum disabilitas, lansia, serta penderita HIV/AIDS.


Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual umat Katolik, tetapi juga tokoh moral dunia yang aktif mempromosikan perdamaian, toleransi antaragama, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap lingkungan. Gaya kepemimpinannya yang inklusif dan sederhana membuatnya dihormati lintas agama dan budaya.


Paus Fransiskus, lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, adalah Paus ke-266 Gereja Katolik dan pemimpin negara Vatikan. Ia terpilih pada 13 Maret 2013, menjadi Paus pertama yang berasal dari benua Amerika, dari Ordo Yesuit, dan yang pertama mengambil nama Fransiskus, merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kesederhanaan, perdamaian, dan perhatian terhadap kaum miskin.

Berikut ini adalah peran dan kontribusi Paus Fransiskus secara global dalam hal perdamaian, toleransi, dan kemanusiaan:


🌍 1. Perdamaian Dunia

Paus Fransiskus secara aktif menyerukan penghentian konflik bersenjata, terutama di wilayah-wilayah yang dilanda perang seperti Suriah, Ukraina, Sudan Selatan, dan Gaza.

  • Ia menolak perang sebagai solusi, dan mendesak para pemimpin dunia untuk berdialog dan bernegosiasi.

  • Dalam banyak kesempatan, ia mengatakan: “Tidak ada perang yang adil – hanya ada perdamaian yang adil.”

  • Paus sering menggunakan diplomasi Vatikan untuk mendorong perdamaian, termasuk menjadi mediator diam-diam antara AS dan Kuba dalam membuka kembali hubungan diplomatik pada 2014.


πŸ•Š️ 2. Toleransi Antaragama

Paus Fransiskus dikenal sebagai tokoh lintas agama yang mempererat hubungan antara umat Katolik dengan agama lain.

  • Pada 2019, ia menandatangani “Dokumen Persaudaraan Manusia” di Abu Dhabi bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb — sebuah deklarasi bersejarah tentang kerja sama antarumat beragama demi perdamaian dan hidup berdampingan.

  • Ia secara terbuka mengutuk ekstremisme dan kekerasan atas nama agama, serta menyuarakan pentingnya saling menghormati antara umat beragama.

  • Paus juga mengunjungi negara-negara mayoritas Muslim seperti Uni Emirat Arab dan Irak, sebagai simbol dialog dan toleransi.


❤️ 3. Kemanusiaan dan Pembelaan Kaum Miskin

Paus Fransiskus menjadikan perhatian kepada kaum miskin dan terpinggirkan sebagai inti dari kepausannya.

  • Ia sering menyuarakan keprihatinan terhadap pengungsi, tunawisma, dan migran, menyebut mereka sebagai “wajah Kristus di dunia modern”.

  • Paus mengkritik sistem ekonomi global yang menghasilkan ketimpangan, menyebutnya sebagai bentuk “ekonomi yang membunuh”.

  • Ia mendesak agar keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan hak-hak asasi manusia menjadi prioritas dunia.


🌱 4. Kepedulian terhadap Lingkungan

Dalam ensikliknya yang terkenal Laudato Si’ (2015), Paus Fransiskus menyoroti krisis ekologi dan perubahan iklim sebagai isu moral dan spiritual.

  • Ia mengajak semua manusia, tak peduli agama atau negaranya, untuk menjadi “penjaga rumah bersama” dan menyelamatkan bumi dari kerusakan.

  • Ensiklik ini berdampak besar pada wacana global mengenai tanggung jawab moral terhadap lingkungan hidup.


🧍‍♂️ 5. Kepemimpinan yang Rendah Hati dan Inklusif

Paus Fransiskus menampilkan gaya kepemimpinan yang bersahaja dan dekat dengan rakyat:

  • Ia menolak tinggal di Istana Apostolik, dan memilih tinggal di rumah tamu di Vatikan.

  • Ia dikenal kerap turun langsung menyapa umat, mencuci kaki narapidana, mengunjungi kamp pengungsi, dan mengangkat isu kaum disabilitas, lansia, serta penderita HIV/AIDS.


Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual umat Katolik, tetapi juga tokoh moral dunia yang aktif mempromosikan perdamaian, toleransi antaragama, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap lingkungan. Gaya kepemimpinannya yang inklusif dan sederhana membuatnya dihormati lintas agama dan budaya.

ads